Modul Dasar - Edukasi Trading Forex Materi 3 >> - Hallo sahabat Profit My Forex, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Modul Dasar - Edukasi Trading Forex Materi 3 >>, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan 
Artikel Edukasi Forex,
Artikel Forex Dasar, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.
Judul : Modul Dasar - Edukasi Trading Forex Materi 3 >>
link : Modul Dasar - Edukasi Trading Forex Materi 3 >>
Kali ini Anda akan mempelajari indikator teknikal yang bernama Moving Average. Moving average (selanjutnya akan kita sebut sebagai MA) merupakan salah satu indikator tren yang cukup populer. Indikator ini “memperhalus” pergerakan harga dalam rentang waktu tertentu, sehingga Anda dipermudah untuk mengenali tren atau arah pergerakan harga secara umum. Mari kita lihat gambar berikut ini.
  
  
  
  
  
  
  
Anda sekarang membaca artikel Modul Dasar - Edukasi Trading Forex Materi 3 >> dengan alamat link https://profitfrommycloset.blogspot.com/2015/02/modul-dasar-edukasi-trading-forex.html
  
Judul : Modul Dasar - Edukasi Trading Forex Materi 3 >>
link : Modul Dasar - Edukasi Trading Forex Materi 3 >>
Modul Dasar - Edukasi Trading Forex Materi 3 >>
MOVING AVERAGE
Mulai dari chapter ini Anda akan  mempelajari indikator teknikal. Perlu Anda ketahui bahwa indikator  teknikal bukanlah alat yang bisa menjadikan Anda seperti cenayang.  Indikator teknikal hanya membantu Anda untuk mengenali potensi  pergerakan harga.
Kali ini Anda akan mempelajari indikator teknikal yang bernama Moving Average. Moving average (selanjutnya akan kita sebut sebagai MA) merupakan salah satu indikator tren yang cukup populer. Indikator ini “memperhalus” pergerakan harga dalam rentang waktu tertentu, sehingga Anda dipermudah untuk mengenali tren atau arah pergerakan harga secara umum. Mari kita lihat gambar berikut ini.
Gambar di atas adalah grafik 1 jam-an  AUD/USD. Garis berwarna merah yang terlihat grafik tersebut adalah salah  satu contoh indikator moving average yang memiliki periode 50 (MA 50).  Artinya, indikator tersebut mengambil data harga dari 50 candlestick  terakhir, lalu menggambarkannya sebagai garis yang Anda lihat itu.  Standar harga yang digunakan biasanya adalah harga penutupan (close),  namun ada beberapa metode yang menggunakan harga open, high, atau low.  Namun kita tidak akan membahas hal tersebut kali ini.
Kembali ke gambar di atas, Anda bisa  melihat bahwa MA bisa memperlihatkan kepada Anda tren yang sedang  berlangsung. Jika harga pada umumnya berada di bawah MA, maka tren saat  itu adalah downtrend.
Sebaliknya, jika harga secara umum  bergerak di atas MA, maka tren saat itu adalah uptrend. Dari contoh di  atas terlihat bahwa trend untuk AUD/USD pada grafik 1 jam-an (hourly)  adalah turun (downtrend). Semakin curam kemiringan MA tersebut, maka itu  artinya tren yang terjadi semakin kuat. Dengan demikian, Anda bisa  lebih mudah memperkirakan potensi arah pergerakan selanjutnya.
MA juga bisa berfungsi sebagai support dan resistance. Istilahnya adalah support dan resistance dinamis (dynamic support and resistance). Dinamakan demikian karena ia bergerak sesuai dengan pergerakan harga.
Pada saat uptrend, MA berfungsi sebagai support. Sebaliknya pada saat downtrend, MA berfungsi sebagai resistance.
Oke, mungkin Anda sudah tidak sabar  ingin segera mencicipi resep trading menggunakan MA ini. Sabar… bahkan  Utut Adianto juga belajar dasar-dasar catur dulu kok sebelum menjadi  Grand Master.  
 
Baiklah, kita akan segera melangkah lebih jauh lagi.
Dalam pembelajaran mengenai MA ini, Anda hanya akan membahas dua jenis MA yang populer saja, yaitu:
- Simple Moving Average (SMA)
- Exponential Moving Average ( EMA)
Anda akan mempelajari dasar-dasarnya dulu, baru nanti Anda akan pelajari strateginya. Oke, ini dia….
Simple Moving Average (SMA)
Simple Moving Average (SMA) ini  merupakan MA yang paling sederhana. Ya, sesuai dengan namanya: simple.  Tapi jangan remehkan kemampuan si SMA yang sederhana ini, karena dengan  penggunaan yang tepat ia pun bisa menuntun Anda untuk mengenali  pergerakan harga.
Jika Anda menggunakan SMA 50 di grafik 1  jam-an, maka SMA 50 yang Anda lihat adalah hasil dari penjumlahan 50  harga penutupan terakhir, lalu hasil penjumlahan itu dibagi lagi dengan  50. Dari perhitungan itulah Anda bisa memperoleh nilai rata-rata dari  harga penutupan dalam 50 jam terakhir.
Sudah dapat gambarannya kan? Oke, kita lanjutkan.
Seperti yang pernah disampaikan, pada  prakteknya Anda tidak perlu susah-susah lagi menghitung SMA ini,  platform trading yang Anda gunakan sudah menyediakan alatnya. Lho, lalu  mengapa repot-repot mempelajari perhitungannya? Tujuannya hanya agar  Anda memiliki gambaan mengenai apa sebenarnya SMA ini. Juga agar Anda  memiliki dasar jika nanti Anda ingin memodifikasi SMA ini sesuai dengan  strategi Anda nantinya.
Seperti yang telah disampaikan di awal  tadi: MA “memperhalus” pergerakan harga. Semakin besar periode yang  digunakan maka semakin “halus” pula MA yang dihasilkan. Semakin halus MA  yang dihasilkan maka akan semakin lambat ia bereaksi terhadap  pergerakan harga.
MA Sample
Nah,  kelihatan kan? SMA 20 yang berwarna biru memiliki liukan-liukan yang  lebih agresif dibandingkan dengan SMA 50 yang berwarna merah. Ini  menunjukkan bahwa SMA 20 yang memiliki periode lebih pendek lebih cepat  bereaksi terhadap pergerakan harga, sedangkan SMA 50 cenderung lebih  lambat daripada SMA 20. SMA 50 terlihat lebih “kalem”, tidak se-“liar”  SMA 20.
Dengan mengamati kedua SMA di atas Anda  bisa melihat bahwa pasar tengah dalam keadaan trending. Kedua SMA yang  Anda lihat pada grafik di atas menggambarkan arah tren secara umum,  yaitu downtrend.
Pada topik yang lebih lanjut Anda akan  mempelajari strategi penggunaan SMA ini, kelemahannya serta cara  mengantisipasi kelemahan SMA tersebut.
Exponential Moving Average (EMA)
Perhitungan EMA tidaklah sesederhana  SMA. EMA memberikan bobot yang lebih dalam perhitungan harga rata-rata  dalam rentang waktu tertentu. Efeknya adalah EMA cenderung lebih  sensitif terhadap pergerakan harga , sehingga EMA bergerak sedikit lebih  agresif daripada SMA.
Gambar di atas memperlihatkan SMA dan  EMA yang diplot pada grafik yang sama. Periode yang digunakan juga  sama-sama 50 namun metode perhitungannya berbeda. MA yang berwarna biru  adalah EMA, sedangkan MA yang berwarna merah adalah SMA. Anda bisa  melihat bahwa EMA 50 selalu lebih dekat kepada SMA 50. Ini artinya EMA  lebih merepresentasikan pergerakan harga (price action) daripada SMA.  Dengan kata lain, EMA lebih menggambarkan apa yang terjadi di pasar saat  ini.
SMA atau EMA?
Mungkin sekarang Anda akan berteriak,  “Jadi yang mana yang harus saya pakai? SMA atau EMA?” Hehe… jangan  bingung ya. EMA maupun SMA memiliki kekurangan dan kelebihan tersendiri.  Kita bahas satu per satu.
Kalau Anda adalah trader yang agresif  dan ingin menggunakan MA yang bereaksi cepat terhadap pergerakan harga,  maka EMA merupakan pilihan yang tepat. EMA bisa membantu Anda menangkap  peluang lebih cepat dibandingkan SMA. Dengan demikian profit yang bisa  Anda dapatkan tentunya akan lebih besar pula. Namun kekurangannya adalah  Anda bisa saja terjebak oleh fake signal (sinyal palsu) yang diberikan  oleh EMA.
Nah, SMA sendiri adalah kebalikan dari  EMA. SMA bereaksi lebih lamban pada pergerakan harga daripada EMA.  Dengan demikian, peluang yang diberikan pun akan lebih lambat muncul.  Artinya, profit yang dihasilkan pun akan lebih kecil. Namun kemungkinan  terjebak oleh fake signal lebih kecil.
Jadi pilih yang mana? Terserah Anda. Ya,  benar-benar terserah Anda. Anda sudah tahu kekurangan dan kelebihan  masing-masing MA. Pilih yang sesuai dengan karakter Anda.
Penggunaan Moving Average  ( lihat Juga  video ” Strategi Forex – Trik Jitu Memanfaatkan Moving Average dan Stochastic” )
Ingat selalu kalimat ini:
“JIKA HARGA SECARA UMUM  BERGERAK DI ATAS MA, MAKA TREN YANG BERLANGSUNG ADALAH UPTREND.  SEBALIKNYA JIKA HARGA SECARA UMUM BERGERAK DI BAWAH MA, MAKA TREN YANG  BERLANGSUNG ADALAH DOWNTREND.”
Mudah kan? Inilah prinsip dasar penggunaan MA. Dengan demikian, berhati-hatilah jika harga bergerak  menembus MA (terjadi breakout), karena hal tersebut merupakan indikasi awal (bukan kepastian) bahwa tren akan berubah arah.
Ingat juga bahwa pada saat uptrend  strategi yang terbaik adalah Buy. Sebaliknya, pada saat downtrend  strategi yang terbaik adalah Sell.
Pada saat uptrend, MA bisa Anda  pergunakan sebagai area referensi untuk buy. Sebaliknya, pada saat  downtrend, MA bisa Anda pergunakan sebagai area referensi untuk  melakukan sell. Strategi yang biasanya diterapkan adalah bounce trading.
Mari kita cermati gambar berikut ini:
MA Buy Strategy
Dalam gambar di atas terlihat indikator  SMA 50 yang diplot pada grafik 1 jam-an. Terlihat bahwa harga terkoreksi  dan mendekati SMA 50 dan memantul. Dengan demikian Anda memperoleh  konfirmasi bahwa terjadi pantulan. Level stop loss yang terlihat di  gambar adalah exit point berdasarkan support yang terdekat. Level target  yang diambil adalah resistance yang terdekat. Perlu diingat bahwa jika  Anda akan melakukan buy menggunakan MA, maka pastikan bahwa garis MA  sedang menanjak (naik).
Kita lihat apa yang terjadi kemudian.
Pada strategi sell, yang dilakukan  sebenarnya hanya kebalikan dari strategi buy. Ketika harga mengalami  pullback ke area MA, yang Anda lakukan adalah menunggu konfirmasi bounce  untuk melakukan sell. Perhatikan gambar di bawah ini.
MA Sell Strategy
Contoh di atas juga mempergunakan SMA  50. Yang pertama kali harus Anda perhatikan adalah apakah garis SMA  tersebut sedang turun. Ketika harga mengalami pullback ke area SMA,  pastikan bahwa kemiringannya SMA tetap ke bawah (turun). Dalam gambar di  atas, kita melihat bahwa harga persis menyentuh garis SMA. Memang ada  false break, namun segera harga bergerak turun dan bergerak di bawah  SMA. Keadaan ini menggambarkan bahwa tekanan bearish lebih besar  daripada bullish. Pada saat ini Anda boleh langsung mengambil posisi  sell dengan target di support terdekat dan stop loss di resistance  terdekat.
Apa yang terjadi selanjutnya?
Ya… ya… sederhana memang, tapi ingat: tidak selamanya skenarionya seperti ini. Terkadang bounce yang terjadi  gagal dan harga malah berbalik dan menembus MA dengan sadisnya. Itulah  sebabnya Anda perlu menempatkan stop loss. Nantinya, dengan  strategi ditambah manajemen resiko yang baik (akan dipelajari nanti pada  level yang lebih tinggi), strategi yang sederhana pun bisa menghasilkan  profit yang konsisten.
Nah, ada pengembangan dari penggunaan MA  sebagai entry point. Salah satu pengembangan yang populer adalah  mengkombinasikan dua buah MA di dalam satu grafik. Kombinasi yang cukup  populer adalah kombinasi SMA 20 dan SMA 50. Strategi ini kita sebut  sebagai “double MA”.
Double MA Strategy
Idenya adalah memanfaatkan celah yang  merupakan area di antara dua MA (apakah nanti Anda akan menggunakan SMA  ataupun SMA, sama saja. Hanya saja dalam contoh ini kami menggunakan  SMA). Dari gambar di atas Anda bisa melihat bahwa sell dilakukan ketika  harga masuk ke dalam area yang dimaksud.
Kalau Anda akan melakukan transaksi dengan strategi double MA maka minimal dua kondisi berikut harus terpenuhi:
- Kedua MA harus memiliki arah kemiringan yang sama. Jika akan BUY, maka kemiringan kedua MA harus ke atas (naik). Sebaliknya, jika akan SELL, maka kemiringan kedua MA harus ke bawah (turun).
- Harga sudah berada di dalam celah yang merupakan area di antara dua MA.
Contoh di bawah ini adalah menggunakan strategi double MA untuk melakukan Buy.
Double MA Buy Strategy
Oke, Anda sudah tahu bahwa celah MA  tersebut bisa Anda manfaatkan untuk entry. Pertanyaannya kemudian  adalah: kapan persisnya Anda bisa buy atau sell?
Untuk sementara, Anda gunakan saja dulu  area tersebut. Jadi ketika harga masuk dan candlestick ditutup di area  tersebut, maka pada saat itulah Anda melakukan transaksi. Nantinya, akan  ada alat bantu tambahan yang bisa membantu Anda untuk menentukan timing kapan harus melakukan aksi. Itu akan dipelajari di tingkat yang lebih lanjut. Stay tune!
Double MA Crossover
Perpotongan antara dua MA bisa Anda  jadikan sinyal atau indikasi awal bahwa tren akan berubah arah. Hal  tersebut juga bisa Anda pergunakan sebagai sinyal untuk entry.
Double MA Crossover Sell
Gambar di atas memperlihatkan SMA yang  diplot di grafik 1 jam-an untuk currency pair GBP/USD. Pergerakan dari  tanggal 27 Mei 2011 hingga lebih kurang 31 Mei 2011 adalah naik. Sekitar  tanggal 1 Juni 2011, terjadi crossover (perpotongan) antara SMA 20 dan  SMA 50. Setelah terjadi pullback sedikit, terlihat GBP/USD meluncur  turun mulai tanggal 1 Juni 2011 hingga 2 Juni 2011.
Jika Anda melakukan sell ketika kedua  SMA itu berpotongan, maka pada tanggal 2 Juni Anda sudah memperoleh  setidaknya 100 pips. Yummy!
Kalau buy bagaimana? Sederhana saja, perpotongan dari bawah ke atas merupakan sinyalnya.
Double MA Crossover Buy
Perpotongan dua MA tersebut juga bisa Anda manfaatkan sebagai exit point  jika Anda seandainya telah melakukan Buy berdasarkan strategi double MA  sebelumnya. Jadi, selain sebagai entry point, perpotongan dua MA juga  bisa digunakan sebagai exit point. 
 
Demikianlah Artikel Modul Dasar - Edukasi Trading Forex Materi 3 >>
Sekianlah artikel Modul Dasar - Edukasi Trading Forex Materi 3 >> kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Modul Dasar - Edukasi Trading Forex Materi 3 >> dengan alamat link https://profitfrommycloset.blogspot.com/2015/02/modul-dasar-edukasi-trading-forex.html
Modul Dasar - Edukasi Trading Forex Materi 3 >>
4/
5
Oleh 
Mas Rendi






 
 








 
 
 
